Baiknya ku hentikan saja penggunaan titik selama penulisan ini
yang memang sekedar curhatan belaka
kesedihan itu...
Berusaha menggantikan muramnya tulisan
dengan cermin kebahagiaan
pastinya sekarang harus menghilangkan tanda titik itu
Aku bukan orang yang mampu diharapkan oleh kebanyakan orang lainnya. Ada satu hal kekuranganku yang sulit ku ubah meski aku sudah berusaha dengan berujung pada kembalinya diriku ke sosok semula. Anamnesis yang kualami selalu muncul dari kawan dan saudara dekatku yang sebenarnya bersumber dari permasalahanku sendiri. Ya, begitulah nasehat itu selalu mengalir. Dimulai pada penyadaran diri hingga keputusasaan yang menyergap bila usaha membuat semuanya malah menghasilkan lelah. Dari semua hal itu, ada satu yang terpenting yaitu aku selalu terus diingatkan kekuranganku, "yang menurut mereka aneh itu" dan aku masih mau berusaha.
Aku mencari tanda-tanda kehidupan setelah pertanda hari ini:
Pertama, tulisan di atas bungkus permen yang membangun jiwa di pagi hari: "no pain no gain". Memberi pesan di pagi buta kalau kamu harus sakit, saab, untuk mendapatkan meaning kehidupan.
Kedua, tulisan di buku favorit: "Sesungguhnya banyak penyakit jiwa parah yang muncul bersamaan dengan perasaan tidak mampu mengendalikan-atau memahami-lingkungan sendiri." Kemudian di halaman berikutnya: "Bagaimana anda dapat mengenyahkan gangguan-gangguan yang terus menerus seperti itu? Jangan mencoba sengaja tidak memikirkannya: itu justru akan berakibat sebaliknya. Solusi paling tepat adalah berbuat seolah-olah kejadian itu tak dapat dihindari. Hei, sudah takdirnya demikian, buat apa menangisinya." Itu kutipan dari buku The Black Swan mengenai ketidakpastian. Memberiku pengertian kalau perasaan yang kurasakan kini tidak hanya aku seorang, yang lain pun pernah merasakannya. Hal yang perlu ku lakukan adalah mencari cara untuk mampu melaluinya tanpa berakhir di rumah sakit jiwa atau terkapar di rumah sakit tanpa nyawa. (memang hal ini adalah titik paling berat dari semua ujian dalam kehidupanku)
Tanda kehidupan ada dimana-mana namun apakah itu akan membuatmu nampak hidup? Sebenarnya aku ingin menunjukan hal yang paling berkesan yaitu kehadiran seseorang yang membuatku bergairah meski ia tidak menyadari kehadiran kita. Namanya Bumi. Dia adalah sosok mungil yang lucu, membuatku tercengang meski ia hanya tertidur, mengerjapkan matanya, meliukan tubuhnya ketika ia terbangun lalu menguap puas. Aku pun merasakan kepuasan dari sekedar melihatnya, mengelus rambutnya, memegang pipi dan tanganya. Seketika hati ini bersorak-sorai. Bumi adalah sosok kehidupan yang tidak hanya sekedar ingin hidup tapi ia menghidupkan banyak kehidupan.* Ia adalah sosok yang tidak ku kenal namun sekarang hidup untuk sementara ditengah keluarga kami. Aku jadi tidak sabar menantikan sosok yang berarti sama dan akan hadir empat bulan ke depan. Menggantikan kesedihan dan ketidakjelasan lingkungan ini dengan sosokan indah dan menghidupkan. Ini memang sudah waktunya dan aku sedang menantinya.**
*Kehidupan itu tidak selalu hidup, adakala ketika subjek merasakan "kematian" dalam kehidupan. Mensyaratkan kehidupan lain sebagai air dan pupuk untuk menghambat keberlangsungan menuju "kematian" sang subjek itu.
**Memang ada distorsi antara paragraf pertama, kedua dan ketiga yang mungkin menurut kalian tidak ada hubungan sebab-akibat. Namun, secara kejiwaan ada pengaruh satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar