Jumat, 09 November 2012

Catatan Lawas 6: Kau Bilang Kita Berbeda Jalan


Kau Bilang Kita Berbeda Jalan

 Kau bilang kita berbeda jalan
Aku bilang manusia memang tidak memiliki jalan yg sama
Aku bilang kau antitesisku

Semua hal tentangmu menjadi abstrak sudah bagiku
Kau pun bilang sama padaku
Apa jalan kita hidup sama?
Tapi tak pernah berjumpa?

Kau selalu menanam hartamu sendiri
Lebih suka membagikanya pada temanmu
Dan aku hanya menerima sisanya
Tapi sekarang aku tak mau.
Aku selalu membagikan hartaku agar kau petik
Berharap sampai  tak ada yg bersisa sedikit pun

Kau bilang aku anak kecil yang main layangan
Kau tak tahu hatiku bilang aku ingin punya banyak teman hidup
Yang akan tahu di mana aku akan beristirahat untuk terakhir kalinya
Mungkin akan mengantarkanmu ke sana

Aku pun hancur seketika
Saat aku dihadapkan hingar bingar tak tentu arah
Jiwa kosong namun hati yang setetes ini berkata ya
Ku harus menunggu
Tapi kau salah bila kau bilang aku melacurkan diri
Aku hancur seketika
Temanku yang melacurkan namaku
Aku tak percaya orang satu pun
Aku tak menunggu siapa pun
Aku pun meragukan keberadaan diriku
Dimana aku?
Hanya aku yang tersesat dan hilang arah.

Kau Bilang kita Beda Jalan
Aku bilang, "Aku menunggu tertawa bersama angin"
Sebagai satu-satunya  tempat yang bisa ku pijak
sebagai senyawa yang bisa ku aliri sesuai dengan paradigma pemikiranku
Sebagai sesuatu  yang menerimaku sebagai kawan bukan peralatan
Tanpa pertentangan argumentasi dan menerima pendapatku dengan baik
Tanpa melacurkan namaku atau sebagai alat taruhan
Tanpa merasa menjadi sesuatu yang diarahkan pada perangkap permainan
Ia tiada namun ada selalu di sisi
Bukan ada lalu meniadakan.

Ini tentangku, aku tak tahu apa ini menjelaskan
Atau kau pun merasa di berada di pihak penulis ini
Jika demikian mungkin kita berada di jalan yang sama
Namun berbeda dimensi.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar